A. Penari
Para pemainnya terdiri dari:
1.
1 orang Syeh (pemimpin)
2.
1 orang apet uneun (pembantu sebelah kanan)
3.
1 orang apet wie (pembantu sebelah kiri)
4.
1 orang apet bak (pembantu belakang Syeh)
5.
4 orang pemain lainnya
6.
2 orang aneuk Seudati (yang bertugas mengiringi seni
suara)
Dalam grup
ini, seorang Syeh dan apet syeh (wakil pimpinan) ada ditengah-tengah baris
depan bila susunan barisan empat-empat. Mengapa demikian? Karena, sebagaimana
kita ketahui suku Aceh terdiri dari bangsa yang heterogen, Arab, India, Cina,
Portugis, Persia, dan lain-lain. Tiap-tiap bangsa ini menumbuhkan kegiatan yang
ulet dalam struggle for life, inilah yang menyebabkan suku Aceh mempunyai sifat
heroisme yang tercermin dalam tarian Seudati. Permainan seudati tidak memakai
instrument apa-apa.
Permainan tari Seudati terdiri dari 5 bahagian:
1. Saman
2. Likok
3. Kisah
4. Dhiek
5. Syahi
B. Daya Tarik Tari Seudati
Salah
satu ciri yang paling menarik dari tarian khas Aceh adalah dilakukan
berkelompok secara solid dan variatif. Hampir tak ada tarian Aceh yang dilakukan
sendiri. Tari seudati merupakan satu dari sekian banyak bukti kemegahan seni
budaya Aceh yang dilakukan secara bersama penuh makna dan atraktif.
Pertunjukan
tari seudati sama memukaunya dengan kubah-kubah tarian Aceh lainnya selain tari
saman yang akan diakui dunia. Bila ke Aceh, sempatkan datang pada waktu dan
tempat yang tepat untuk sebuah “penyaksian” yang menggetarkan sekaligus
membanggakan Nusantara ini.
Hentakan
kaki, pukulan telapak tangan di dada dan pinggul, serta petikan jari telah
menjadi bagian utama dari sebagian aksi tari seudati yang memukau.
Tari
seudati begitu sederhana tapi sangat indah. Tanpa musik, tanpa gamelan. Hanya
ada syair dan pantun. Musiknya bersumber pada gerakan tubuh dan syair dari
penarinya sendiri. Kelenturan sekaligus keperkasaan memancar dari penarinya
beriring dengan nyanyian yang berderap, badan penari meliuk cepat, semakin
cepat, lalu berhenti tiba-tiba dalam suasana sunyi. Dipastikan penonton akan
terbawa emosi hingga memnberikan letupan sorak dan teriakan untuk seni tari
yang indah ini.
Nama
’seudati’ berasal dari akar kata syahadat atau syahadatain yang bermakna
pengakuan, dua perkara penyaksian. Di dalam agama Islam, syahadat merupakan
ikrar seseorang yang mengakui atau memberikan saksi berketuhanan dan kepemimpinan.
Para penyiar agama Islam di bumi Serambi Mekah menggunakan tarian bernuansa
agama sebagai metode penyebaran pesan ilahi. Ada pula yang mengatakan bahwa
kata seudati berasal dari kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak.
Seudati
telah dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh.Diberitakan muncul pada awal
perkembangannya dari Desa Gigieng, Simpang Tiga, Pidie di bawah bimbingan Syeh
Tam dan juga di Desa Didoh yang dibimbing oleh Syeh Ali Didoh. Tak heran tarian
ini lebih populer di daerah Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Timur.
Awalnya,
tarian seudati menggunakan bahasa Arab dan Aceh dimana memang digunakan untuk
media dakwah. Tarian ini berikutnya dikenal sebagai varian bentuk tarian
pesisir yang disebut ratoh atau ratoih yang artinya mengabarkan atau
memperagakan. Tarian ini biasanya dijadikan pembuka sebelum permainan sabung
ayam dulunya. Ratoh berfungsi sama seperti randai di Sumatera Barat, yaitu
untuk mengabarkan sebuah perihal permasalahan di masyarakat dan bagaimana
menyelesaikannya.
Tarian
seudati begitu populer di seluruh tanah Aceh karena keunikan yang tak berbekal
tambur, kecapi, atau pun seruling. Kesenian ini hanya menggunakan vokal
pelantun syair saja yang dipadupadankan dengan gerakan lincah, harmonis, dan
terkadang kaku sebagai perlambang kebesaran dan keperkasaan seorang pejuang.
Tarian
seudati dibawakan dengan mengisahkan pelbagai macam masalah yang terjadi agar
masyarakat tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara bersama.
Tak
banyak tarian di negeri ini yang mampu membuat keheningan menjadi lautan
atmosfir kekaguman hanya karena bertumpu pada keharmonisan gerak anggota badan
dan suara yang dihasilkan oleh tepukan. Bagai lantunan lagu rap yang biasa
dipopulerkan masyarakat Afro-Amerika, seorang aneuk syahi telah jauh mengawalinya
puluhan tahun sebelumnya di Tanah Rencong.
Penarinya
berformasi 8 hingga 10 orang dengan mengenakan celana panjang dengan baju ketat
berwarna putih. Kepala penari dihiasi ikat yang disebut tangkulok dan sarung
sebatas paha tempat diselipkan rencong yaitu senjata tradisional Aceh.
Tari
seudati selalu dipimpin oleh seseorang yang disebut syeikh sebagai lambang dari
keimanan yang dipersaksikan dalam syahadat. Syeikh ini dibantu seorang pembantu
syeikh. Setelah itu ada dua orang di sebelah kiri yang disebut apeet wie, satu
orang pembantu lagi di bagian belakang yang disebut apeet bak, dan tiga orang
pembantu lainnya yang menyertai semua peran tadi. Delapan orang ini ditemani
penyanyi yang biasanya dua orang atau disebut aneuk syahi.