Senin, 30 April 2012

seudati ciri khas


A.   Penari
Para pemainnya terdiri dari:
1.                 1 orang Syeh (pemimpin)
2.                 1 orang apet uneun (pembantu sebelah kanan)
3.                 1 orang apet wie (pembantu sebelah kiri)
4.                 1 orang apet bak (pembantu belakang Syeh)
5.                 4 orang pemain lainnya
6.                 2 orang aneuk Seudati (yang bertugas mengiringi seni suara)
Dalam grup ini, seorang Syeh dan apet syeh (wakil pimpinan) ada ditengah-tengah baris depan bila susunan barisan empat-empat. Mengapa demikian? Karena, sebagaimana kita ketahui suku Aceh terdiri dari bangsa yang heterogen, Arab, India, Cina, Portugis, Persia, dan lain-lain. Tiap-tiap bangsa ini menumbuhkan kegiatan yang ulet dalam struggle for life, inilah yang menyebabkan suku Aceh mempunyai sifat heroisme yang tercermin dalam tarian Seudati. Permainan seudati tidak memakai instrument apa-apa.
Permainan tari Seudati terdiri dari 5 bahagian:
1. Saman
2. Likok
3. Kisah
4. Dhiek
5. Syahi

B.   Daya Tarik Tari Seudati
Salah satu ciri yang paling menarik dari tarian khas Aceh adalah dilakukan berkelompok secara solid dan variatif. Hampir tak ada tarian Aceh yang dilakukan sendiri. Tari seudati merupakan satu dari sekian banyak bukti kemegahan seni budaya Aceh yang dilakukan secara bersama penuh makna dan atraktif.
Pertunjukan tari seudati sama memukaunya dengan kubah-kubah tarian Aceh lainnya selain tari saman yang akan diakui dunia. Bila ke Aceh, sempatkan datang pada waktu dan tempat yang tepat untuk sebuah “penyaksian” yang menggetarkan sekaligus membanggakan Nusantara ini.
Hentakan kaki, pukulan telapak tangan di dada dan pinggul, serta petikan jari telah menjadi bagian utama dari sebagian aksi tari seudati yang memukau.
Tari seudati begitu sederhana tapi sangat indah. Tanpa musik, tanpa gamelan. Hanya ada syair dan pantun. Musiknya bersumber pada gerakan tubuh dan syair dari penarinya sendiri. Kelenturan sekaligus keperkasaan memancar dari penarinya beriring dengan nyanyian yang berderap, badan penari meliuk cepat, semakin cepat, lalu berhenti tiba-tiba dalam suasana sunyi. Dipastikan penonton akan terbawa emosi hingga memnberikan letupan sorak dan teriakan untuk seni tari yang indah ini.
Nama ’seudati’ berasal dari akar kata syahadat atau syahadatain yang bermakna pengakuan, dua perkara penyaksian. Di dalam agama Islam, syahadat merupakan ikrar seseorang yang mengakui atau memberikan saksi berketuhanan dan kepemimpinan. Para penyiar agama Islam di bumi Serambi Mekah menggunakan tarian bernuansa agama sebagai metode penyebaran pesan ilahi. Ada pula yang mengatakan bahwa kata seudati berasal dari kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak.
Seudati telah dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh.Diberitakan muncul pada awal perkembangannya dari Desa Gigieng, Simpang Tiga, Pidie di bawah bimbingan Syeh Tam dan juga di Desa Didoh yang dibimbing oleh Syeh Ali Didoh. Tak heran tarian ini lebih populer di daerah Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Timur.
Awalnya, tarian seudati menggunakan bahasa Arab dan Aceh dimana memang digunakan untuk media dakwah. Tarian ini berikutnya dikenal sebagai varian bentuk tarian pesisir yang disebut ratoh atau ratoih yang artinya mengabarkan atau memperagakan. Tarian ini biasanya dijadikan pembuka sebelum permainan sabung ayam dulunya. Ratoh berfungsi sama seperti randai di Sumatera Barat, yaitu untuk mengabarkan sebuah perihal permasalahan di masyarakat dan bagaimana menyelesaikannya.
Tarian seudati begitu populer di seluruh tanah Aceh karena keunikan yang tak berbekal tambur, kecapi, atau pun seruling. Kesenian ini hanya menggunakan vokal pelantun syair saja yang dipadupadankan dengan gerakan lincah, harmonis, dan terkadang kaku sebagai perlambang kebesaran dan keperkasaan seorang pejuang.
Tarian seudati dibawakan dengan mengisahkan pelbagai macam masalah yang terjadi agar masyarakat tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara bersama.
Tak banyak tarian di negeri ini yang mampu membuat keheningan menjadi lautan atmosfir kekaguman hanya karena bertumpu pada keharmonisan gerak anggota badan dan suara yang dihasilkan oleh tepukan. Bagai lantunan lagu rap yang biasa dipopulerkan masyarakat Afro-Amerika, seorang aneuk syahi telah jauh mengawalinya puluhan tahun sebelumnya di Tanah Rencong.
Penarinya berformasi 8 hingga 10 orang dengan mengenakan celana panjang dengan baju ketat berwarna putih. Kepala penari dihiasi ikat yang disebut tangkulok dan sarung sebatas paha tempat diselipkan rencong yaitu senjata tradisional Aceh.
Tari seudati selalu dipimpin oleh seseorang yang disebut syeikh sebagai lambang dari keimanan yang dipersaksikan dalam syahadat. Syeikh ini dibantu seorang pembantu syeikh. Setelah itu ada dua orang di sebelah kiri yang disebut apeet wie, satu orang pembantu lagi di bagian belakang yang disebut apeet bak, dan tiga orang pembantu lainnya yang menyertai semua peran tadi. Delapan orang ini ditemani penyanyi yang biasanya dua orang atau disebut aneuk syahi.

fungsi tari seudati


A.   Fungsi Tari Seudati
Tari seudati sendiri konon sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala di bagian Aceh pesisir dengan nama tari ratoh atau ratoih, yakni sebuah tarian yang biasa dipentaskansebelum memulai acara sabung ayam, dan juga tari yang dimainkan di malam bulan purnama untuk menyambut tibanya masa panen. Pendeknya, tari ini memang pada awal perkembangannya merupakan sebuah tarian untuk bersuka ria. Dalam ratoh tersebut, banyak kisah dan cerita yang terkandung di dalamnya dari kisah bahagia yang tercermin dari gerakannya yang dinamis atau kadang begitu murung ketika bercerita tentangsebuah kesedihan. Pun begitu dengan narrator yang mengiringi tarian ini. Semua kisahyang berbaur itu disampaikan dengan bahasa Melayu dialek Aceh yang khas.Dengan demikian jelaslah bahwa tari seudati merupakan hasil dari akulturasi budaya pasca masuknya Islam ke Aceh. Semua istilah yang semula dari budayatempatan berubah dan diubah menjadi nama-nama yang bernafaskan Islam. Istilah-istilah islam atau Arab itu tercermin dari istilah Syeh yang berarti pemimpin, Samanyang berarti delapan, dan Syair yang berarti nyayian Selain itu, syair-syair lagu pundipresentasikan dalam bahasa Arab dan bahasa daerah dengan memuat pesan-pesandakwah, sehingga pada akhirnya tarian ini dijadikan sebagai media dakwah untuk mengembangkan ajaran Islam. Tarian ini masih ada hingga sekarang, tetapi mengalami penambahan fungsi, yaitu sebagai media untuk menyampaikan informasi tentang perkembangan pemerintahan serta sebagai media hiburan. Dengan demikian, di masa-masa awal perkembangannya, tarian seudati berfungsi sebagai media dakwah. Namun,dalam konteks kekinian, selain berfungsi sebagai hiburan, tarian ini juga menyimbolkankekayaan budaya Aceh sekaligus sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan kepada rakyat. Tarian ini juga sering dipertandingkan dikenal denganistilah Seudati Tunang yang kadang-kadang berlangsung sampai menjelang subuh.